MAKALAH
DIKSI
(GAYA BAHASA, IDIOM DAN UNGKAPAN IDIOMATIK)
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Bahasa Indonesia
DOSEN : MAHFUDOH, M.Pd
Di susun oleh :
Ainul
Yakin
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANTEN
2015/2016
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis mengucapkan syukur khadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan
hidayah nya berupa kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang ber judul
“DIKSI (Gaya Bahasa, Idiom dan Ungkapan Idiomatik)” .
Maksud dari penulis menyusun makalah
ini untuk membantu agar pembaca mengetahui apa saja tentang “DIKSI (Gaya
Bahasa, Idiom dan Ungkapan Idiomatik)” dan bertujuan untuk meningkat kan
pembaca dalam wawasan pengetahuan yang lebih dalam.
Penulis mengucap kan banyak terimakasi
kepada ke dua orang tua yang telah memberikan dana dalam penyusunan makalah
ini, dan kepada teman-teman yang telah memberikan motivasi dan pengetahuan nya.
Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini banyak
kekurangan dan kesalahan, maka dari itu penulis mengharap kan keritik dan saran
dari pembaca.
Serang, 22 oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR
ISI....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang................................................................................
B.
Rumusan
Masalah...........................................................................
C.
Tujuan
Penulis.................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN
A.
GAYA
BAHASA...............................................................................
B.
IDIOM...............................................................................................
C.
UNGKAPAN
IDIOMATIK.................................................................
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan.....................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gaya Bahasa atau Majas
adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan kesan dengan jalan
memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda dengan benda lain atau hal
lain yang lebih umum.
Banyak cara yang dapat di pakai untuk
mengungkapkan, yaitu :
1.
Majas perbandingan
2.
Majas pertentangan
3.
Majas pertautan
4. Majas perulangan
Semua itu pada
perinsip nya merupakan corak seni berbahasa atau retorika atau untuk
menimbulkan kesan tertentu bagi mitra komunikasi kita (pembaca/pendengar).
Idiom adalah ungkapan bahasa
yang artinya tidak secara langsung di jabarkan. Setiap kata yang membentuk
idiom berarati di dalam nya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.
ungkapan idiomatik adalah pasangan
kata yang selalu muncul bersama sebagaifrasa.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
yang di maksud Gaya Bahasa ?
2.
Apa
fungsi dari gaya bahasa ?
3.
Apa
yang di maksud idiom ?
4.
Apa
perbedaan idiom dan ungkapan idiomatik ?
C.
TUJUAN PENULISAN
1.
Menambah
pengetahuan pembaca tentang gaya bahasa.
2.
Mengetahui
macam-macam majas.
3.
Mengetahui
tentang pengertian idiom.
4.
Mengetahui
perbedaan idiom dan ungkapan idiomatik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Gaya Bahasa
Gaya Bahasa atau Majasadalah
bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan kesan dengan jalan
memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda dengan benda lain atau hal
lain yang lebih umum.
Macam-Macam majas sebagai berikut
1.
Majas perbandingan
2.
Majas pertentangan
3.
Majas pertautan
4.
Majas perulangan
1.
Majas Perbandingan
Majas perbandingan
terdiri dari 3 jenis, yaitu:
a. Majas Perumpamaan
Perumpamaan
adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berkaitan dan yang sengaja
dianggap sama.
Contoh:
- Bak mencari kutu dalam ijuk. (Melakukan sesuatu yang mustahil)
- Bagai kambing dihalau ke air. (Hal orang yang enggan disuruh atau diajak mengerjakan sesuatu)
- Semanis madu.
- Sedalam laut.
- Secantik bidadari.
- Sesegar udara pagi.
Perumpamaan
secara eksplisit dinyatakan dengan kata seperti, bak, bagai, ibarat, penaka,
sepantun, laksana, umpama.
b. Majas
Metafora
Metafora adalah perbandingan yang
implisit. Jadi, tanpa kata pembanding di antara dua hal yang berbeda. Dengan
kata lain, metafora yaitu majas yang
berupa kiasan persamaan antara benda yang diganti namanya dengan benda yang
menggantinya.
Contoh:
- Siti Mutmainah adalah kembang desa di sini.
- Kelaparan masih tetap menghantui rakyat Etiopia.
- Nina tangkai hati ibu.
c.
Majas Personifikasi
Personifikasi adalah majas perbandingan
yang menuliskan benda-benda mati menjadi seolah-olah hidup, dapat berbuat, atau
bergerak.
Contoh:
- Peluru mengoyak-ngoyak dada musuh.
- Banjir besar telah menelan seluruh harta penduduk.
- Kabut tebal menyelimuti desa kami.
Majas pertentangan
terbagi menjadi 7 macam, yaitu:
a. Hiperbola
b. Litotes
c. Ironi
d. Antonomasia
e. Oksimoron
f. Paradoks
g. Kontradiksio
a. Hiperbola
Hiperbola adalah majas yang
menyatakan sesuatu dengan berlebih-lebihan.
Contoh:
- Keringatnya menganak sungai.
- Suaranya menggelegar membelah angkasa.
b. Litotes
Litotes adalah majas yang
menyatakan kebalikan daripada hiperbola, yaitu menyatakan sesuatu dengan
memperkecil atau memperhalus keadaan. Majas litotes
disebut juga hiperbola negatif.
Contoh:
- Tapi, maaf kami tak dapat menyediakan apa-apa. Sekadar air untuk membasahi tenggorokan saja yang ada.
- Tentu saja karangan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran akan saya terima dengan senang hati.
c. Ironi
Ironi adalah majas yang
menyatakan makna yang berlawanan atau bertentangan, dengan maksud menyindir.
Ironi disebut juga majas sindiran.
Contoh:
- Bagus benar ucapanmu itu, sehingga menyakitkan hati.
- Kau memang pandai, mengerjakan soal itu tak satupun ada yang betul.
d. Antonomasia
Antonomasia adalah penyebutan terhadap seseorang
berdasarkan ciri khusus yang dimilikinya.
Contoh:
- Sssssttt, lihat! Si cerewet datang. Kalian tidak perlu bertanya.
- Macam-macam! Biar si gendut saja nanti yang menghadapinya.
- Kemarin saya lihat si Kacamata hitam keluar bersama-sama dengan si Kribo. Benar tidak?
e. Oksimoron
Oksimoron adalah pengungkapan yang
mengandung pendirian/pendapat terhadap sesuatu yang mengandung hal-hal yang
bertentangan.
Contoh:
- Memang benar musyawarah itu merupakan wadah untuk mencari kesepakatan. Namun tidak jarang menjadi wadah pertentangan para pesertanya.
- Siaran radio dapat dipakai untuk sarana persatuan dan kesatuan, tetapi dapat juga sebagai alat untuk memecah belah suatu kelompok masyarakat atau bangsa.
- Olahraga mendaki bukit memang menarik, tetapi juga sangat berbahaya.
f. Paradoks
Paradoks adalah pengungkapan terhadap
suatu kenyataan yang seolah-olah bertentangan, tetapi mengandung kebenaran.
Contoh:
- Memang hidupnya mewah, mempunyai mobil, rumahnya besar, tetapi mereka tidak berbahagia. Tidak tahu mengapa, mungkin karena belum mempunyai anak.
- Walaupun ia tinggal di kota besar, kota metropolitan, hiburan ada di mana-mana, ia bercerita padaku katanya kesepian.
g. Kontradiksio
Kontradiksio adalah pengungkapan yang
memperlihatkan pertentangan dengan yang sudah dikatakan lebih dulu sebagai
pengecualian.
Contoh:
- Sebenarnya semua saudaranya, yang dulu-dulu pandai, hanya dia sendiri yang bodoh. Mungkin saja karena malasnya.
- Malam itu gelap gulita, tanpa kerlip kunang-kunang yang sebentar tampak dan sebentar hilang.
3. Majas
Pertautan
Majas pertautan
dibedakan menjadi:
a. Metonimia
- Sinekdok, terdiri atas:
- Pars pro toto
- Totem pro parte
- Alusio
- Eufemisme
a. Metonimia
Metonimia adalah majas yang
memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan orang, barang atau hal,
sesuai penggantinya.
Contoh:
- Ayah suka mengisap gudang garam. (Maksudnya rokok)
- Si Jangkung dipakai sebagai sebagai pengganti orang yang mempunyai ciri jangkung.
b. Sinekdok
Sinekdok adalah majas yang
menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhan atau sebaliknya.
Contoh:
- Sudah seminggu ini Iwan tidak tampak batang hidungnya. (Padahal yang dimaksud bukan hanya batang hidung)
- Indonesia berhasil memboyong kembali piala Thomas. (Padahal yang berhasil hanya satu regu bulu tangkis)
Pars
pro toto adalah penyebutan sebagian untuk maksud keseluruhan.
Contoh:
o Jauh-jauh
telah kelihatan berpuluh-puluh layar di sekitar pelabuhan itu.
o Selama
ini kemana saja kau? Sudah lama tak nampak batang hidungmu. Nenek selalu
menanyakan kau.
o Ia
harus bekerja keras sejak pagi hingga sore karena banyak mulut yang
harus disuapi.
o Kita
akan mengadakan selamatan sebagai rasa syukur karena kita naik kelas semua.
Untuk itu biaya kita tanggung bersama tiap kepala dikenakan iuran
sebesar Rp 1.500,00
b) Totem
pro parte adalah majas penyebutan
keseluruhan untuk maksud sebagian saja. Contoh:
o Dalam
musim kompetisi yang lalu, kita belum apa-apa. Tetapi dalam tahun ini, sekolah
kita harus tampil sebagai juara satu.
o
Dalam pertandingan musim lalu, Indonesia
dapat meraih medali emas.
c. Alusio
Alusio adalah majas yang
menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau hal dengan menggunakan
peribahasa yang sudah umum ataupun mempergunakan sampiran pantun yang isinya
sudah dimaklumi. Majas ini disebut juga majas kilatan.
Contoh:
- Menggantang asap saja kerjamu sejak tadi. (Membual/beromong-omong)
- Ah, kau ni memang tua-tua keladi. (Maksudnya makin tua makin menjadi)
d. Eufemisme
Eufemisme adalah majas kiasan
halus sebagai pengganti ungkapan yang terasa kasar dan tidak menyenangkan.
Eufemisme digunakan untuk menghindarkan diri dari sesuatu yang dianggap tabu
atau menggantikan kata lain dengan maksud bersopan santun.
Contoh:
- Orang itu memang bertukar akal. (Pengganti gila)
- Kalau dalam hutan jangan menyebut-nyebut nenek. (Pengganti harimau)
- Pemerintah telah mengadakan penyesuaian harga BBM. (Pengganti menaikkan)
4.
Majas Perulangan
Ada beberapa majas perulangan yaitu :
a.
Majas Aliterasi
Aliterasi adalah sejenis gaya bahasa
yang memanfaatkan purwakanti atau pemakaian kata-kata yang permulaannya sama
bunyinya.
Contoh:
·
Dara
damba daku
·
Datang
dari danau
·
Duga
dua duka
b.
Majas Tautotes
Tautotes
adalah gaya bahasa perulangan atau repetisi atas sebuah kata berulang-ulang
dalam
sebuah konstruksi.
Contoh:
·
Kakanda
mencintai adinda, adinda mencintai kakanda, kakanda dan adinda saling mencintai, adinda dan kakanda menjadi satu.
·
Aku
menuduh kamu, kamu menuduh aku, aku dan kamu saling menuduh, kamu
dan aku berseteru.
·
Aku
adalah kau, kau adalah aku, kau dan aku sama saja.
c.
Majas Simploke
Simploke
adalah sejenis gaya bahasa repitisi yang berupa perulangan pada awal dan akhir
beberapa baris atau kalimat berturut-turut.
Contoh:
·
Kau
katakan aku wanita pelacur. Aku katakan biarlah.
Kau
katakan aku wanita mesum. Aku katakan biarlah.
·
Ada selusin gelas ditumpuk ke atas. Tak pecah.
Ada selusin piring ditumpuk ke atas. Tak pecah.
·
Kau bilang aku ini egois, aku bilang terserah aku
Kau bilang aku ini judes, aku bilang terserah aku
d.
Majas Enomerasia
Adalah beberapa peristiwa yang membentuk satu
kesatuan, dilukiskan satu persatu agar tiap peristiwa dalam keseluruhannya
tanpak dengan jelas.
Contoh :
·
Laut tenang. Di
atas permadani biru itu tanpak satu-satunya perahu nelayan meluncur perlahan-lahan.
Angin berhempus sepoi-sepoi. Bulan bersinar dengan terangnya. Disana-sini
bintang-bintang gemerlapan. Semuanya berpadu membentuk suatu lukisan yang
haromonis. Itulah keindahan sejati.
·
Bunga yang
cantik, kelopaknya indah, tangkainya indah, durinya pun cantik.
e.
Majas Anonansi
Asonansi
adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan vokal yang sama.
Biasanya dipakai dalam karya puisi ataupun dalam prosa untuk memperoleh efek
penekanan atau menyelamatkan.
Contoh:
·
Tiada siaga tiada biasa
·
Jaga harga tahan raga
·
Mati api
didalam hati.
f.
Majas Anafora
Anafora
ialah majas yang berupa pengulangan kata atau frase pada awal kalimat atau
penggalan kalimat yang disusun secara berurutan.
Contoh
:
·
Dengan
giatbelajar, kalian dapat mengambil
jurusan yang diinginkan. Dengan giatbelajar,
nilai-nilai kalian akan memusakan.
Dengan giatbelajar,
kalian dapat mencapai cita-cita yang diinginkan.
·
Berdosakah
dia menyenangi dan mencintaimu?
Berdosakah
dia selalu memimpikan dan merindukanmu?
Berdosakah
dia ingin selalu berdampingan denganmu?
Berdosakah
dia ingin sehidup semati denganmu?
·
Kucari kau dalam toko-toko
Kucari kau karena cemas karena sayang
Kucari kau karena sayang karena bimbang.
g.
Majas Mesodiplosis
Mesodilopsis
adalah sejenis gaya bahasa repitisi yang berwujud perulangan kata atau frase di
tengah-tengah baris atau beberapa kalimat berurutan.
Contoh:
·
Anak merindukan orang tua.
Orang
tua merindukan anak.
·
Pendidik harus meningkatkan kecerdasan bangsa.
Para dokter harus meningkatkan
kesehatan masyarakat.
·
Di hati dan
lidahmu kami berharap
Suara
kami tolong dengar lalu sampaikan.
h.
Majas Tropen
Tropen
adalah gaya bahasa yang menggunakan kiasan dengan kata atau istilah lain
terhadap pekerjaan yang dilakukan seseorang.
Contoh :
·
Seharian dia berkubur dalam kamarnya.
·
Bapak Presiden terbang ke Denpasar tadi
pagi.
·
Tiap malam ia menjual suara dari satu
panggung ke panggung lainnya.
i.
Majas Kiasmus
Kiasmus adalah gaya bahasa yang
berisikan perulangan dan sekaligus pula merupakan inversi hubungan antara dua
kata dalam satu kalimat.
Contoh:
·
Yang kaya merasa dirinya miskin,
sedangkan yang miskin justru merasa
dirinya kaya.
· b. Sudah biasa dalam kehidupan ini banyak orang Pintar
yang mengaku bodoh, dan orang bodoh
banyak yang merada dirinya pintar.
·
c.Ia menyalahkan
yang benar dan membenarkan yang salah.
j.
Majas Episfora
Epistrofa
adalah semacam gaya bahasa repitisi yang berupa perulangan kata atau frase pada
akhir atau kalimat berurutan.
Contoh:
·
Bahasa resmi adalah bahasa Indonesia
Bahasa persatuan
adalah bahasa Indonesia
Bahasa nasional adalah bahasa Indonesia
Bahasa kebanggaan
adalah bahasa Indonesia.
·
Ibumu sedang
memasak di dapur ketika kau sedang tidur.
Aku mencercah daging ketika kau tidur.
·
Bumi yang kau diami, laut yang kau
layari adalah puisi,
Udara yang kau
hirupi, ari yang kau teguki adalah puisi
k.
Majas Anadiplosis
Anadiplosis
adalah sejenis gaya bahasa repitisi dimana kata atau frase terakhir dari klausa
atau kalimat menjadi kata atau frase pertama dari klausa atau kalimat
berikutnya.
Contoh:
·
Dalam raga ada darah
Dalam darah
ada tenaga
Dalam tenaga
ada daya
Dalam daya
ada segalanya
·
Dalam baju ada aku,
Dalam
aku ada hati,
Dalam
hati : ah tak apa jua yang ada
B.
Idiom
Idiom adalah ungkapan bahasa
yang artinya tidak secara langsung di jabarkan. Setiap kata yang membentuk
idiom berarati di dalam nya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.
Meski dengan perinsip ekonomi
bahasa pun, salah satu unsurnya tidak boleh di hilang kan. Setiap idiom sudah
terpatri sedemikian rupa sehingga para pemakai bahasa mau tidak mau harus
tunduk pada aturan pemakainnya. Sebagian besar idiom yang berupa kelompok kata,
misalnya gulung tikar, adu domba dan muka tembok. Kelompok kata tersebut tidak
boleh dipertukarkan susunan nya menjadi : tikar gulung, domba adu, dan tembok
muka. Karena ketiga kelompok kata yang terahir itu bukan idiom.
Contoh lain :
·
Banting tulang : kerja keras
·
Gulung tikar : bangkrut
·
Angkat kaki : pergi
·
Naik pitam : marah
·
Buah bibir : topik pembicaraan
Contoh dengan kalimat :
- Mereka sudah banyak makan garam dalam hal itu. (banyak pengalaman)
- Hati-hati terhadapnya, ia terkenal si panjang tangan. (suka mencuri)
- Jeng Sri memang tinggi hati.(sombong)
- Karena ucapan orang itu, Waluyo naik darah.(marah)
C.
Ungkapan Idiomatik
Di bawah tingkatan idiom ada
pasangan kata yang selalu muncul bersama sebagaifrasa. Misalnya Kelompok kata bertemudengan dan dibacakan oleh, kelompok kata ini bukan lah idiom tetapi berprilaku
idiom. Pasangan kelompok kata seperti ini disebut ungkapan idiomatik.
Kedua contoh kata di awah ini
belum beraroma idiomatis karna tidak berisi ungkapan idiomatik.
1.
Polisi
bertemu maling
2.
Berita
selengkapnya dibacakan Budi
Dengan alasan contoh 1 dan 2 tetap
salah karna terasa timpang. Pembetulan nya tidak lain adalah dengan cara
menepatkan pasangan serasi , bagi kata “bertemu yaitu dengan” dan bagi kata “dibacakanyaitu
oleh”.
Sehingga menjadi kata :
1.
Polisi
bertemu dengan maling
2.
Berita
selengkapnya dibacakan oleh Budi
Jadi, dalam
pemakaian bahasa adakalanya kita perlu memperhatikan frasa tertentu, dalam hal
ini kata yang berpasangan tetap karna kedua kata itu secara bersama dalam
menciptakan idiomatik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gaya bahasa atau majas adalah cara menutur atau
mengungkapkan. Gaya bahasa dipergunakan untuk meningkatkan
kesan dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda dengan
benda lain atau hal lain yang lebih umum.
Idiom
adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung di jabarkan. Setiap
kata yang membentuk idiom berarati di dalam nya sudah ada kesatuan bentuk dan
makna.Meski dengan perinsip ekonomi bahasa pun, salah satu unsurnya tidak boleh
di hilang kan.karena para pemakai bahasa mau tidak mau harus tunduk pada aturan
pemakainnya.
Ungkapan idiomatik adalah pasangan
kata yang selalu muncul bersama sebagaifrasa.
DAFTAR PUSTAKA