Featured Contents

Sample Post 1

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book. [...]

Sample Post 2

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book. [...]

Sample Post 3

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book. [...]

Sample Post 4

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book. [...]

Latest Posts

1

Gaya bahasa , Idom Dan Ungkapan Idiomatik

Unknown Tuesday 24 November 2015


MAKALAH
DIKSI
(GAYA BAHASA, IDIOM DAN UNGKAPAN IDIOMATIK)
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Bahasa Indonesia
DOSEN : MAHFUDOH, M.Pd






Di susun oleh :

                                             Ainul Yakin


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANTEN
2015/2016





KATA PENGANTAR

            Pertama-tama penulis  mengucapkan syukur khadirat  Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah nya berupa kesehatan sehingga penulis  dapat menyelesaikan makalah yang ber judul “DIKSI (Gaya Bahasa, Idiom dan Ungkapan Idiomatik)” .
Maksud dari penulis menyusun makalah ini untuk membantu agar pembaca mengetahui apa saja tentang “DIKSI (Gaya Bahasa, Idiom dan Ungkapan Idiomatik)” dan bertujuan untuk meningkat kan pembaca dalam wawasan pengetahuan yang lebih dalam.
Penulis mengucap kan banyak terimakasi kepada ke dua orang tua yang telah memberikan dana dalam penyusunan makalah ini, dan kepada teman-teman yang telah memberikan motivasi dan pengetahuan nya.
Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini banyak kekurangan dan kesalahan, maka dari itu penulis mengharap kan keritik dan saran dari pembaca.










Serang, 22 oktober 2015


Penulis




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................      
DAFTAR ISI....................................................................................................................       

BAB I               PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang................................................................................       
B.    Rumusan Masalah...........................................................................     
C.   Tujuan Penulis.................................................................................      

BAB II              PEMBAHASAN
A.    GAYA BAHASA...............................................................................        
B.    IDIOM...............................................................................................        
C.   UNGKAPAN IDIOMATIK.................................................................        

BAB III             PENUTUP
A.    Kesimpulan.....................................................................................          

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................          




BAB I
PENDAHULUAN

      A.      LATAR BELAKANG
Gaya Bahasa atau Majas adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan kesan dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda dengan benda lain atau hal lain yang lebih umum.
Banyak cara yang dapat di pakai untuk mengungkapkan, yaitu :
1.    Majas perbandingan
2.    Majas pertentangan
3.    Majas pertautan
4.    Majas perulangan
Semua itu pada perinsip nya merupakan corak seni berbahasa atau retorika atau untuk menimbulkan kesan tertentu bagi mitra komunikasi kita (pembaca/pendengar).
Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung di jabarkan. Setiap kata yang membentuk idiom berarati di dalam nya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.
ungkapan idiomatik adalah pasangan kata yang selalu muncul bersama sebagaifrasa.

     B.   RUMUSAN MASALAH
1.    Apa yang di maksud Gaya Bahasa ?
2.    Apa fungsi dari gaya bahasa ?
3.    Apa yang di maksud idiom ?
4.    Apa perbedaan idiom dan ungkapan idiomatik ?


    C.   TUJUAN PENULISAN
1.    Menambah pengetahuan pembaca tentang gaya bahasa.
2.    Mengetahui macam-macam majas.
3.    Mengetahui tentang pengertian idiom.
4.    Mengetahui perbedaan idiom dan ungkapan idiomatik.





BAB II
PEMBAHASAN
      A.   Gaya Bahasa
Gaya Bahasa atau Majasadalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan kesan dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda dengan benda lain atau hal lain yang lebih umum.

Macam-Macam majas sebagai berikut
1.       Majas perbandingan
2.       Majas pertentangan
3.       Majas pertautan
4.       Majas perulangan
      1.     Majas Perbandingan
Majas perbandingan terdiri dari 3 jenis, yaitu:

a.     Majas Perumpamaan
Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berkaitan dan yang sengaja dianggap sama.
Contoh:
  • Bak mencari kutu dalam ijuk. (Melakukan sesuatu yang mustahil)
  • Bagai kambing dihalau ke air. (Hal orang yang enggan disuruh atau diajak mengerjakan sesuatu)
  • Semanis madu.
  • Sedalam laut.
  • Secantik bidadari.
  • Sesegar udara pagi.

Perumpamaan secara eksplisit dinyatakan dengan kata seperti, bak, bagai, ibarat, penaka, sepantun, laksana, umpama.


b.    Majas Metafora
Metafora adalah perbandingan yang implisit. Jadi, tanpa kata pembanding di antara dua hal yang berbeda. Dengan kata lain, metafora yaitu majas yang berupa kiasan persamaan antara benda yang diganti namanya dengan benda yang menggantinya.
Contoh:

  • Siti Mutmainah adalah kembang desa di sini.
  • Kelaparan masih tetap menghantui  rakyat Etiopia.
  • Nina tangkai hati  ibu.

c.    Majas Personifikasi
Personifikasi adalah majas perbandingan yang menuliskan benda-benda mati menjadi seolah-olah hidup, dapat berbuat, atau bergerak.
Contoh:
  • Peluru mengoyak-ngoyak dada musuh.
  • Banjir besar telah menelan seluruh harta penduduk.
  • Kabut tebal menyelimuti desa kami.

      2.     Majas Pertentangan
Majas pertentangan terbagi menjadi 7 macam, yaitu:
a.    Hiperbola
b.    Litotes
c.    Ironi
d.    Antonomasia
e.    Oksimoron
f.     Paradoks
g.    Kontradiksio

    a.     Hiperbola
Hiperbola adalah majas yang menyatakan sesuatu dengan berlebih-lebihan.
Contoh:
  • Keringatnya menganak sungai.
  • Suaranya menggelegar membelah angkasa.

    b.     Litotes
Litotes adalah majas yang menyatakan kebalikan daripada hiperbola, yaitu menyatakan sesuatu dengan memperkecil atau memperhalus keadaan. Majas litotes disebut juga hiperbola negatif.
Contoh:
  • Tapi, maaf kami tak dapat menyediakan apa-apa. Sekadar air untuk membasahi tenggorokan saja yang ada.
  • Tentu saja karangan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran akan saya terima dengan senang hati.
    c.     Ironi
Ironi adalah majas yang menyatakan makna yang berlawanan atau bertentangan, dengan maksud menyindir. Ironi disebut juga majas sindiran.
Contoh:
  • Bagus benar ucapanmu itu, sehingga menyakitkan hati.
  • Kau memang pandai, mengerjakan soal itu tak satupun ada yang betul.
   d.     Antonomasia
Antonomasia adalah penyebutan terhadap seseorang berdasarkan ciri khusus yang dimilikinya.
Contoh:
  • Sssssttt, lihat! Si cerewet datang. Kalian tidak perlu bertanya.
  • Macam-macam! Biar si gendut saja nanti yang menghadapinya.
  • Kemarin saya lihat si Kacamata hitam keluar bersama-sama dengan si Kribo. Benar tidak?
    e.     Oksimoron
Oksimoron adalah pengungkapan yang mengandung pendirian/pendapat terhadap sesuatu yang mengandung hal-hal yang bertentangan.
Contoh:
  • Memang benar musyawarah itu merupakan wadah untuk mencari kesepakatan. Namun tidak jarang menjadi wadah pertentangan para pesertanya.
  • Siaran radio dapat dipakai untuk sarana persatuan dan kesatuan, tetapi dapat juga sebagai alat untuk memecah belah suatu kelompok masyarakat atau bangsa.
  • Olahraga mendaki bukit memang menarik, tetapi juga sangat berbahaya.
    f.     Paradoks
Paradoks adalah pengungkapan terhadap suatu kenyataan yang seolah-olah bertentangan, tetapi mengandung kebenaran.
Contoh:
  • Memang hidupnya mewah, mempunyai mobil, rumahnya besar, tetapi mereka tidak berbahagia. Tidak tahu mengapa, mungkin karena belum mempunyai anak.
  • Walaupun ia tinggal di kota besar, kota metropolitan, hiburan ada di mana-mana, ia bercerita padaku katanya kesepian.

    g.     Kontradiksio
Kontradiksio adalah pengungkapan yang memperlihatkan pertentangan dengan yang sudah dikatakan lebih dulu sebagai pengecualian.
Contoh:
  • Sebenarnya semua saudaranya, yang dulu-dulu pandai, hanya dia sendiri yang bodoh. Mungkin saja karena malasnya.
  • Malam itu gelap gulita, tanpa kerlip kunang-kunang yang sebentar tampak dan sebentar hilang.
      3.    Majas Pertautan
Majas pertautan dibedakan menjadi:
          a.    Metonimia
  1. Sinekdok, terdiri atas:
    • Pars pro toto
    • Totem pro parte
  2. Alusio
  3. Eufemisme
    a.    Metonimia
Metonimia adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan orang, barang atau hal, sesuai penggantinya.
Contoh:
  • Ayah suka mengisap gudang garam. (Maksudnya rokok)
  • Si Jangkung dipakai sebagai sebagai pengganti orang yang mempunyai ciri jangkung.
    b.     Sinekdok
Sinekdok adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhan atau sebaliknya.
Contoh:
  • Sudah seminggu ini Iwan tidak tampak batang hidungnya. (Padahal yang dimaksud bukan hanya batang hidung)
  • Indonesia berhasil memboyong kembali piala Thomas. (Padahal yang berhasil hanya satu regu bulu tangkis)
      Pars pro toto adalah penyebutan sebagian untuk maksud keseluruhan.
Contoh:

o    Jauh-jauh telah kelihatan berpuluh-puluh layar di sekitar pelabuhan itu.
o    Selama ini kemana saja kau? Sudah lama tak nampak batang hidungmu. Nenek selalu menanyakan kau.
o    Ia harus bekerja keras sejak pagi hingga sore karena banyak mulut yang harus disuapi.
o    Kita akan mengadakan selamatan sebagai rasa syukur karena kita naik kelas semua. Untuk itu biaya kita tanggung bersama tiap kepala dikenakan iuran sebesar Rp 1.500,00
b)    Totem pro parte adalah majas penyebutan keseluruhan untuk maksud sebagian saja. Contoh:

o    Dalam musim kompetisi yang lalu, kita belum apa-apa. Tetapi dalam tahun ini, sekolah kita harus tampil sebagai juara satu.
o    Dalam pertandingan musim lalu, Indonesia dapat meraih medali emas.
    c.     Alusio
Alusio adalah majas yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau hal dengan menggunakan peribahasa yang sudah umum ataupun mempergunakan sampiran pantun yang isinya sudah dimaklumi. Majas ini disebut juga majas kilatan.
Contoh:
  • Menggantang asap saja kerjamu sejak tadi. (Membual/beromong-omong)
  • Ah, kau ni memang tua-tua keladi. (Maksudnya makin tua makin menjadi)
    d.    Eufemisme
Eufemisme adalah majas kiasan halus sebagai pengganti ungkapan yang terasa kasar dan tidak menyenangkan. Eufemisme digunakan untuk menghindarkan diri dari sesuatu yang dianggap tabu atau menggantikan kata lain dengan maksud bersopan santun.
Contoh:
  • Orang itu memang bertukar akal. (Pengganti gila)
  • Kalau dalam hutan jangan menyebut-nyebut nenek. (Pengganti harimau)
  • Pemerintah telah mengadakan penyesuaian harga BBM. (Pengganti menaikkan)
     4.    Majas Perulangan
Ada beberapa majas perulangan yaitu :
      a.         Majas Aliterasi
Aliterasi adalah sejenis gaya bahasa yang memanfaatkan purwakanti atau pemakaian kata-kata yang permulaannya sama bunyinya.
Contoh:

·                 Dara damba daku
·                 Datang dari danau
·                 Duga dua duka

    b.        Majas Tautotes
Tautotes adalah gaya bahasa perulangan atau repetisi atas sebuah kata berulang-ulang
dalam sebuah konstruksi.
Contoh:
·         Kakanda mencintai adinda, adinda mencintai kakanda, kakanda dan adinda saling mencintai, adinda dan kakanda menjadi satu.
·         Aku menuduh kamu, kamu menuduh aku, aku dan kamu saling menuduh, kamu dan aku berseteru.
·         Aku adalah kau, kau adalah aku, kau dan aku sama saja.

    c.         Majas Simploke
Simploke adalah sejenis gaya bahasa repitisi yang berupa perulangan pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut.
Contoh:
·         Kau katakan aku wanita pelacur. Aku katakan biarlah.
Kau katakan aku wanita mesum. Aku katakan biarlah.
·         Ada selusin gelas ditumpuk ke atas. Tak pecah.
Ada selusin piring ditumpuk ke atas. Tak pecah.
·         Kau bilang aku ini egois, aku bilang terserah aku
Kau bilang aku ini judes, aku bilang terserah aku

    d.        Majas Enomerasia
Adalah beberapa peristiwa yang membentuk satu kesatuan, dilukiskan satu persatu agar tiap peristiwa dalam keseluruhannya tanpak dengan jelas.
Contoh :
  ·         Laut tenang. Di atas permadani biru itu tanpak satu-satunya perahu nelayan meluncur perlahan-lahan. Angin berhempus sepoi-sepoi. Bulan bersinar dengan terangnya. Disana-sini bintang-bintang gemerlapan. Semuanya berpadu membentuk suatu lukisan yang haromonis. Itulah keindahan sejati.
   ·         Bunga yang cantik, kelopaknya indah, tangkainya indah, durinya pun cantik.

    e.         Majas Anonansi
Asonansi adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan vokal yang sama. Biasanya dipakai dalam karya puisi ataupun dalam prosa untuk memperoleh efek penekanan atau menyelamatkan.
Contoh:
·         Tiada siaga tiada biasa
·         Jaga harga tahan raga
·         Mati api didalam hati.

    f.          Majas Anafora
Anafora ialah majas yang berupa pengulangan kata atau frase pada awal kalimat atau penggalan kalimat yang disusun secara berurutan.
Contoh :
   ·         Dengan giatbelajar, kalian dapat mengambil jurusan yang diinginkan. Dengan giatbelajar, nilai-nilai kalian akan memusakan.
Dengan giatbelajar, kalian dapat mencapai cita-cita yang diinginkan.
    ·         Berdosakah dia menyenangi dan mencintaimu?
Berdosakah dia selalu memimpikan dan merindukanmu?
Berdosakah dia ingin selalu berdampingan denganmu?
Berdosakah dia ingin sehidup semati denganmu?
    ·         Kucari kau dalam toko-toko
Kucari kau karena cemas karena sayang
Kucari kau karena sayang karena bimbang.

    g.        Majas Mesodiplosis
Mesodilopsis adalah sejenis gaya bahasa repitisi yang berwujud perulangan kata atau frase di tengah-tengah baris atau beberapa kalimat berurutan.
Contoh:
    ·         Anak merindukan orang tua.
   Orang tua merindukan anak.
    ·         Pendidik harus meningkatkan kecerdasan bangsa.
   Para dokter harus meningkatkan kesehatan masyarakat.

    ·         Di hati dan lidahmu kami berharap
   Suara kami tolong dengar lalu sampaikan.

    h.        Majas Tropen
Tropen adalah gaya bahasa yang menggunakan kiasan dengan kata atau istilah lain terhadap pekerjaan yang dilakukan seseorang.
Contoh :
    ·         Seharian dia berkubur dalam kamarnya.
    ·         Bapak Presiden terbang ke Denpasar tadi pagi.
    ·         Tiap malam ia menjual suara dari satu panggung ke panggung lainnya.

    i.          Majas Kiasmus
Kiasmus adalah gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus pula merupakan inversi hubungan antara dua kata dalam satu kalimat.
Contoh:
    ·         Yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin justru merasa dirinya kaya.
   ·     b. Sudah biasa dalam kehidupan ini banyak orang Pintar yang mengaku bodoh, dan orang bodoh banyak yang merada dirinya pintar.
    ·         c.Ia menyalahkan yang benar dan membenarkan yang salah.

    j.          Majas Episfora
Epistrofa adalah semacam gaya bahasa repitisi yang berupa perulangan kata atau frase pada akhir atau kalimat berurutan.
Contoh:
    ·         Bahasa resmi adalah bahasa Indonesia
Bahasa persatuan adalah bahasa Indonesia
Bahasa nasional adalah bahasa Indonesia
Bahasa kebanggaan adalah bahasa Indonesia.
    ·         Ibumu sedang memasak di dapur ketika kau sedang tidur.
Aku mencercah daging ketika kau tidur.
    ·         Bumi yang kau diami, laut yang kau layari adalah puisi,
Udara yang kau hirupi, ari yang kau teguki adalah puisi


    k.         Majas Anadiplosis
Anadiplosis adalah sejenis gaya bahasa repitisi dimana kata atau frase terakhir dari klausa atau kalimat menjadi kata atau frase pertama dari klausa atau kalimat berikutnya.
Contoh:

    ·          Dalam raga ada darah
    Dalam darah ada tenaga
    Dalam tenaga ada daya
    Dalam daya ada segalanya
    ·        Dalam baju ada aku,
   Dalam aku ada hati,
   Dalam hati : ah tak apa jua yang ada

       B.   Idiom

Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung di jabarkan. Setiap kata yang membentuk idiom berarati di dalam nya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.
Meski dengan perinsip ekonomi bahasa pun, salah satu unsurnya tidak boleh di hilang kan. Setiap idiom sudah terpatri sedemikian rupa sehingga para pemakai bahasa mau tidak mau harus tunduk pada aturan pemakainnya. Sebagian besar idiom yang berupa kelompok kata, misalnya gulung tikar, adu domba dan muka tembok. Kelompok kata tersebut tidak boleh dipertukarkan susunan nya menjadi : tikar gulung, domba adu, dan tembok muka. Karena ketiga kelompok kata yang terahir itu bukan idiom.
            Contoh lain :
·         Banting tulang : kerja keras
·         Gulung tikar : bangkrut
·         Angkat kaki : pergi
·         Naik pitam : marah
·         Buah bibir : topik pembicaraan
Contoh dengan kalimat :
  • Mereka sudah banyak makan garam dalam hal itu. (banyak pengalaman)
  • Hati-hati terhadapnya, ia terkenal si panjang tangan. (suka mencuri)
  • Jeng Sri memang tinggi hati.(sombong)
  • Karena ucapan orang itu, Waluyo naik darah.(marah)


    C.   Ungkapan Idiomatik
Di bawah tingkatan idiom ada pasangan kata yang selalu muncul bersama sebagaifrasa. Misalnya Kelompok kata bertemudengan dan dibacakan oleh, kelompok kata ini bukan lah idiom tetapi berprilaku idiom. Pasangan kelompok kata seperti ini disebut ungkapan idiomatik.
Kedua contoh kata di awah ini belum beraroma idiomatis karna tidak berisi ungkapan idiomatik.
1.    Polisi bertemu maling
2.    Berita selengkapnya dibacakan Budi
Dengan alasan contoh 1 dan 2 tetap salah karna terasa timpang. Pembetulan nya tidak lain adalah dengan cara menepatkan pasangan serasi , bagi kata “bertemu yaitu dengan” dan bagi kata “dibacakanyaitu oleh”. Sehingga menjadi kata :
1.    Polisi bertemu dengan maling
2.    Berita selengkapnya dibacakan oleh Budi
Jadi, dalam pemakaian bahasa adakalanya kita perlu memperhatikan frasa tertentu, dalam hal ini kata yang berpasangan tetap karna kedua kata itu secara bersama dalam menciptakan idiomatik.


BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
Gaya bahasa atau majas adalah cara menutur atau mengungkapkan. Gaya bahasa dipergunakan untuk meningkatkan kesan dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda dengan benda lain atau hal lain yang lebih umum.
            Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung di jabarkan. Setiap kata yang membentuk idiom berarati di dalam nya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.Meski dengan perinsip ekonomi bahasa pun, salah satu unsurnya tidak boleh di hilang kan.karena para pemakai bahasa mau tidak mau harus tunduk pada aturan pemakainnya.































 
Copyright 2010 Ain Liher